Sunday, 19 May 2013

Pengalaman Pertama Imax 3D Gandaria City : Star Trek Into Darkness

Ini pengalaman pertama aku nonton 3D, dan pertama juga nonton di IMAX. sejak nyampek di Jakarta belum sekalipun aku nyobain cinema di jakarta, dan rasa penasaran itu aku tunggu sampai film keren itu release, Star Trek Into Darkness.
Yah dibilang suka sama star trek ya lumayan juga, sejak film yg tempo dulu (lihat sebagian sekuel, ga semua), sampai Star Trek yang di reboot oleh JJ Abrams sangat membawa nuansa yang berbeda. Walau katanya ceritanya sedikit ada yg melenceng dari Star Trek pendahulunya. Tapi Star Trek Enterprise (2009) udah aku liat bolak balik dan nggak bosan, karena itu sangat di sayangkan kalo semisal sekuel lanjutannya ga dilihat di cinema.


Cinema 3D, walau udah lama teknologi ini muncul, terkadang males pengen ngerasain. Kabar dulu yang beredar katanya lebih nyaman nonton XXI biasa ketimbang XXI 3D yang harus make kacamata 3D yang framenya seperti kacamata yg biasa. Itu bakalan agak ganggu menurutku kalo semisal duduk tengah ke depan dan melihat layar yg gede. 
IMAX, jujur sebelumnya di Surabaya atau di Malang ga pernah denger kata2 IMAX. Soalnya memang ga ada theater IMAX di sana, adanya di Jakarta aja. sebelum nonton rasa penasaran ini di obatin dengan browsing di google. Dan kelebihan yang menonjol dari IMAX ketimbang yg lain adalah Kejernihan Gambar, Suara dan Aspect Rasio yang berbeda. Well, perlu dicoba.

Tanggal Release Star Trek Into Darkness 15 Mei 2013, hari rabu. Untung banget, tiket masih harga jinak jadinya senin udah mulai cari info tiket. ternyata di 12 cineplex udah siap jual tiket di muka (ATS, ga ngerti kepanjangannya apa). Segera aku bisik - bisik ke Arif (Temen Kantor) buat pesen mTix and dapet tiket posisi tempat duduk yg nyaman di agak atas dan tengah.
Hari Rabu sore udah cepet2 siap buat meluncur di Gandaria City, kantor di Pondok Indah ke Gandaria ga butuh waktu lama buat ke sana. setelah nyampek di lobby XXI Gandaria langsung di tukarkan kode booking dengan tiket dan order popcorn biar ganjal perut 2 jam kedepan. Di lobby cukup luas, hampir sama kayak di Sutos, bedanya di sini ada The Premier sama IMAX itu aja hehe.



Pas mau masuk ke Theater di pintu masuk di bagikan IMAX 3D Glass, dan langsung kami ke tempat duduk. 

Posisi kami sangat pas melihat layar. Pemikiran pertama kali ketika melihat layar IMAX, layarnya sangat berbeda dengan Theater XXI atau 21. Kebanyakan layar theater biasa hampir mirip layar laptop +- 16:9 atau landscape. tapi di layar IMAX memiliki rasio yang berbeda, tinggi layar adalah setinggi ruangan dari bawah sampek atas mentok jadi seakan2 pandangan lebih lega.
Sebelum film dimulai ada IMAX Countdown dan Trailer incoming movie, kebetulan pas itu Man of Steel. pas Trailer itu efek 3D udah mulai terasa di teks dan pemerannya memang seakan di depan layar. Dan aku akui seperti orang pertama kali biasanya di dalam hati selalu berkata "Ohh gini rasanya".
Gambar memang beneran lebih jernih, banget jernihnya. Sound di awal masih belum terasa, tapi terasa pas USS Vengeance lagi bombardir USS Enterprise. Sedangkan Efek 3D yang benar2 terasa pas pertama kirk lari dari pribumi planet Nibiru di lempari tombak, rasanya kayak tombaknya bener2 nancep di dada.

Dari Awal sampek akhir full 3D dan efeknya keren.. apalagi pas USS Enterprise meluncur Warp meninggalkan jejak biru, wahh keren abis.

3D Glassnya enak dan nyaman di pake, mungkin karena aku ga kebiasa pake kacamata jadi capek banget di mata.

Yah Secara Overall pengalaman pertama nonton IMAX 3D, dengan film yang keren sangat berkesan, next target mungkin Man of Steel IMAX 3D :D

Tuesday, 7 May 2013

Cerita Pramugari dan Kakek Tua Perjalanan Shanghai-Peking





Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airlines.
Karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap harinya hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.
Pada tanggal 17 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.
Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.
Di antara penumpang, saya melihat seorang kakek dari desa merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya.
Pada saat itu saya yang berdiri di pintu pesawat menyambut penumpang.
Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju, seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.
Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minum.
Ketika melewati baris 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut.
Dia duduk dengan tegak dan kaku di tempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.
Kami menanyakan mau minum apa, tetapi dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak.
Kami hendak membantunya meletakkan karung tua di atas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya.
Lalu kami membiarkan duduk dengan tenang.
Menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tenang di tempat duduknya.
Kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit.
Dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak sembarang, takut merusak barang di dalam pesawat.
Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet.
Pada saat menyajikan minum yang ke dua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang sebelahnya dan menelan ludah.
Dengan tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh dimeja dia.
Ternyata gerakan kami mengejutkannya.
Dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah..
Kami mengatakan engkau sudah haus minumlah.
Pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami.
Kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis.
Dia tidak percaya.
Katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan di pinggir jalan.
Dia tidak diladeni malah diusir.
Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil.
Karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.
Saat kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.
Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat 3 di Peking.
Anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal di kota akhirnya pindah kembali ke desa.
Sekali ini orangtua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking.
Anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama – sama ke Peking.
Tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal.
Dia bersikeras dapat pergi sendiri.
Akhirnya dengan terpaksa disetujui dengan anaknya.
Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai oleh anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut di tempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri.
Katanya jika ditaruh di tempat bagasi, ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur.
Akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati – hati dia meletakkan karung tersebut.
Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus.
Tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar.
Saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil, dan meminta saya meletakkan makanannya di kantong tersebut.
Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak.
Dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya.
Kami semua kaget.
Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa, di mata seorang desa menjadi begitu berharga.
Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh di dalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut.
Tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan, tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri.
Perbuatan yang tulus tersebut benar – benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.
Sebenarnya kami menganggap semua hal sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat.
Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut menyembah kami, mengucap terima kasih bertubi – tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai.
Kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak.
Hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tau bagaimana mengucap terima kasih kepada kalian.
Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya.
Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.
Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam – ragam penumpang saya sudah jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain – lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami.
Kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan.
Hanya menyajikan minuman dan makanan.
Tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya.
Perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya.


Sumber : dari timeline FB temen